Selasa, 21 April 2009

hama dan penyakit

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan usaha budidaya perikanan, factor penyakit merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan demi keberhasilan usaha tersebut. Sebagai seorang aquaculturis harus mampu melakukan identifikasi dan menanggulangi apabila ikan yang di budidayakan tersebut terserang penyakit, Dalam usaha identifikasi penyakit maka kita harus memperhatikan gejala-gejala ikan yang dianggap terkena atau terserang pernyakit baik yang mempengaruhi pertumbuhan maupun perkembangbiakannya, dalam jumlah besar maupun kecil,yang dapat merusak dan menghambat usaha budidaya tersebut. Kegiatan identifikasi penyakit ikan didasari atas gejala-gejala klinis yang diperlihatkan oleh ikan tesebut.

Lingkungan, terutama sifat fisika, kimia biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan antara ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stres dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit non parasit.

Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amoniak akan meningkat seperti amoniak akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya penyakit.

Pemberian makanan yang kurang bermutu dapat menyebabkan kekurangan vitamin yang diikuti oleh pertumbuhan yang lambat atau menurunnya daya tahan ikan sehingga mudah untuk terserang suatu penyakit, disamping tingkat pemberian pakan dan kualitas makanan juga akan mempengaruhi sistem kekebalan.

B. Tujuan

Adapun tujuan yang diambil dari kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikutnya :

1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang biasa menyerang ikan nila (Oreochromis sp).

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana caranya mengobati ikan yang terserang penyakit.

3. Agar mahasiswa mengetahui perendaman dengan larutan air garam yang paling baik untuk pengobatan ikan yang terserang penyakit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi ikan nila merah( Oreochromis sp )

2.1.1 Taksonomi

Menurut Budi santoso (1996), nila merah (Oreochromis sp) termasuk famili atau suku Cichlidae dan genus atau marga Oreochromis, seperti nila hitam dan mujair. Ikan yang dari Filipina didatangkan pada tahun 1981 oleh BPPAT (Balai Penelitian Perikanan Air Tawar) ini, diduga hasil perkawinan silang antara Oreochromis niloticus, atau Oreochromis mosambicus dengan O.hornorum, O.aureus atau O.zilii.

Walaupun nila merah sudah lama berada di Indonesia, tetapi ikan konsumsi air tawar yang semakin diminati ini kehadirannya masih baru. Menurut catatan BPPAT yang berpusat di Bogor Jawa Barat, nila merah mulai dipersebarluaskan ke masyarakat pada tahun 1986. Sementara di beberapa negara seperti Brazil, Meksiko, dan Malaysia, nila merah atau nirah sudah lama dikembangkan.

2.1.2 Morfologi

Ciri-ciri nila merah sebenarnya mudah seklai dikenali, baik dilihat dari bentuk tubuh, garis-garis pada tubuh, warna sekujur tubuh, dan ciri fisik lainnya.

Bentuk badan ikan nila merah ( Oreochromis sp ) pipih, berpunggung lebih tinggi dari pada ikan mujair ( Oreochromis mosambicus ). Pada badan dan sirip ekor ( caudal fin ) ditemukan garis-garis lurus ( vertikal ), sedangkan garis-garis berbentuk memanjang ditemukan pada sirip punggung ( dorsal fin ) dan sirip dubur ( anal fin ).

Nila merah mempunyai empat macam warna yang membalut sekujur tubuh antara lain : orange, pink/albino, albino bercak merah dan hitam, serta orange/albino bercak merah. Dari keempat penggolongan tersebut, nila yang berwarna pink/albino atau orange/albino bercak merah lebih disukai karena warnanya mirip ikan kakap merah hasil tangkapan dari laut.

Berbeda dengan jenis ikan air tawar lainnya seperti mas (Cyprinus carpio), tawes ( Puntius javanicus ) yang bersisik halus, sisik yang melekat di sekujur tubuh nila merah agak kasar jika diraba. Nila merah memiliki bola mata hitam dengan warna kekuningan di bagian tepinya.

Menurut Khairuman dan Amri ( 2003 ), Ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi untuk muara urin dan saluran sperma yang terletak didepan anus. Sedangkan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan saluran uris yang terletak didepan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan jantan melebar dan berwarna biru muda dan pada ikan nila betina hidung dan rahang belakangnya agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garisnya berlanjut ( tidak putus ) dan melingkar.

2.2. Pemijahan

Secara alami ikan nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis. Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila bisa memijah 6 - 7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan selali, ikan nila akan berkembangbiak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4 – 5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram. Masa pemijahan produktif adalah ketika induk berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot diatas 500 gram / ekor. Seekor ikan nila betina dengan berat sekitar 800 gram akan menghasilkan larva sebanyak 400 – 1.200 ekor pada setiap pemijahan. Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang berupa lekukan berbentuk bulat di dasar perairan. Diameter lekukan setara dengan ukuran ikan nila jantan. Ketika masa birahi, ikan nila jantan kelihatan tegar dengan warna cerah dan secara agresif mempertahankan daerah teritorial tersebut. Sarang tersebut berfungsi sebagai tempat pemijahan dan pembuahan telur (Khairul dan Khairuman, 2003).

Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram dapat dilihat perbedaannya. Sedangkan ikan nila yang berumur 4 – 5 bulan ( 100 – 150 gram ) sudah mulai kawin dan bertelur.

Menurut Rachmatun ( 2004 ), tanda – tanda ikan nila jantan adalah sebagai berikut :

Ø Warna badan lebih gelap dari ikan betina. Bila tiba waktunya untuk memijah, bagian tepi sirip berwarna merah cerah. Sifatnya menjadi lebih galak terutama pada ikan jantan lainnya.

Ø Alat kelaminnya berupa tonjolan ( papila ) di belakang lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma.

Ø Tulang rahang melebar kebelakang yang memberi kesan kokoh.

Ø Bila tiba waktunya memijah, sperma yang berwarna putih dapat dikeluarkan dengan pengurutan perut ikan kearah belakang.

Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah sebagai berikut ;

Ø Alat kelainnya berupa tonjolan dibelakang anus. Namun, pada tonjolan itu ada dua lubang. Lubang yang di depan untuk mengeluarkan telur, sedang yang di belakang untuk nengeluarkan seni.

Ø Warna tubuh lebih cerah dibandingkan dengan yang jantan dan gerakannya lamban.

Ø Bila telah mengandung telur yang masak ( saat hampir memijah ), perutnya tampak membesar. Namun, bila perut ini diurut dapat tidak ada cairan atau telur yang keluar.

Proses pemijahan ikan nila berlangsung sangat cepat. Dalam waktu 50 – 60 detik mampu menghasilkan 20 – 40 butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan itu terjadi beberapa kali dengan pasangan yang sama atau berbeda hingga membutuhkan waktu 20–60 menit. Telur ikan nila berdiameter 2,8 mm, berwarna kuning, tidak lengket, dan tenggelam didasar perairan. Telur-telur yang telah dibuahi dierami didalam mulut induk ikan nila kemudian menetas setelah 4 – 5 hari. Larva yang menetas diasuh lagi oleh induk betina hingga berumur 11 hari dan berukuran 8 mm. Benih yang sudah tidak diasuh lagi oleh induknya akan berenang secara bergerombolan di bagian perairan yang dangkal atau pinggir kolam ( Khairul dan Khairuman, 2003 ).

2.3. Jenis-jenis ikan nila

2.3.1. Ikan nila hitam Taiwan

Ikan nila Taiwan merupakan ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Indonesia pada tahun 1969. Setelah melalui rangkaian uji coba, ikan nila ini disebarluaskan ke masyarakat dan dalam waktu singkat sudah menyebar keseluruh tanah air. Begitu akrabnya masyarakat kita dengan ikan nila jenis ini, sehingga tidak heran jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. Ikan nila lokal memiliki warna tubuh abu-abu atau hitam terutama pada bagian atas. Tubuh bagian bawah ( perut dan dada ) berwarna agak putih kehitaman atau kekuningan ( Khairuman dan Amri, 2003 ) (Gambar 1).

Ikan nila hitam mempunyai keunggulan dan perkembangan budidaya relatif mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat dan pemakan plankton serta pertumbuhan air lunak yang tumbuh didalam kolam. Keunggulan lain dari nila hitam adalah dapat hidup, tumbuh dan berbiak pada kondisi air yang berpH 5. Selain itu pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat dibandingkan ikan nila betina. Oleh karena itu, pertumbuhan ikan nila jantan dapat dibididayakan secara kelamin tunggal/monosex ( Santoso, 1996 ).

Nila hitam termasuk salah satu jenis ikan yang mempunyai toleransi terhadap kualitas air dalam kisaran lebar. Nila hitam dapat dibudidayakan dengan berbagai cara atau sistem antara lain : monokultur ( pemeliharaan tunggal ), polikultur ( pemeliharaan campuran, dan pemeliharaan terpadu ( longyam ). Lingkungan hidup nila hitam yaitu danau, waduk, rawa, sawah, dan perairan tawar lainnya. Selain itu nila mampu hidup pada perairan payau, misalnya tambak dengan salinitas maksimum 29 promil. Warna sekujur tubuh ikan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Bila dipelihara di jaring apung ( perairan dalam ) warna ikan lebih hitam atau gelap dibanding hasil budidaya di kolam ( Santoso, 1996 ).

Gambar 1. ikan nila hitam Taiwan

2.3.2. Ikan nila merah Singapura

Nila merah hidup seperti ikan air tawar lainnya yaitu di tempat-tempat yang airnya tidak begitu dalam dengan arus yang tidak begitu kuat. Meskipus tergolong ikan yang bersisik, akan tetapi ikan nila merah kurang suka menentang arus. Akan tetapi, dapat pula dibiasakan hidup pada perairan yang airnya mengalir. Bahkan pada perairan berarus sekalipun dapat hidup dengan baik ( Khairuman dan Amri, 2003 ).

Menurut Djarijah (1994), Ciri-ciri ikan nila merah sebenarnya mudah sekali dikenali, baik dilihat dari bentuk tubuh, garis-garis, dan ciri fisik lainnya. Bentuk badan ikan nila merah ( Oreochromis sp ) pipih, berpunggung lebih tinggi dari pada ikan mujair ( Oreochromis mosambicus ). Pada badan dan sirip ekor ( caudal fin )ditemukan garis-garis lurus ( vertikal ), sedangkan gari-garis berbentuk memanjang ditemukan pada garis punggung ( dorsal fin ) dan sirip dubur ( anal fin ). ( dapat dilihat pada gambar 2 ).

Golongan ikan Oreochromis pada umumnya, nila merah memilki sifas khas dalam menjaga keturunannya, yaitu induk betina mengerami telur dan melingdungi larvanya didalam rongga mulut. Telur-telur yang terbuahi akan menetas didalam rongga mulut dan akan dikeluarkan setelah mampu dianggap bertahan hidup seperti induknya. Sekitar 70 % ikan nila merah mempunyai jenis kelamin jantan. Tetapi warna yang diturunkan oleh induknya tidak selalu sama. Beberapa diantaranya ada yang berwarna merah-kemerahan, kekuning-kuningan, albino, terkadang juga bercak hitam atau hitam sama sekali ( Djarijah, 1994 ).



5 Unggulan

Gambar 2. ikan nila merah singapura.

2.3.3. Ikan nila merah Nifi

Nila nifi dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Semula ada yang menduga adalah nila biasa yang menyimpangi genetika warna tubuh sehingga menjadi albino. Namun, dugaan itu salah. Nila merah adalah varietas tersendiri. Dalam perkembangannya nila merah disebut juga nila hibrida. Penamaan ini untuk membedakan dengan nila local dalam pertumbuhan karena nila merah mempunyai laju pertumbuhan yang cepat ( Khairuman dan Amri, 2003 ).

Menurut Khairuman dan Amri ( 2003 ), Ikan nila merah mempunyai ciri-ciri morfologi, warna tubuh kemerahan atau kuning agak putih, pertumbuhan lebih cepat dari pada ikan nila lokal dan keturunannya dominan jantan. Nila merah cukup cepat menyebar diseluruh pelosok tanah air karena penampilannya yang sangat menarik perhatian, baik warna tubuh maupun bentuk tubuhnya yang indah. Nila merah sangat digemari oleh masyarakat jepang dan singapura karena ukuran dan bentuk tubuhnya mirip ikan sea bream ( sejenis ikan kakap merah ), terutama yang berukuran 500 gram per ekor ( gambar 3 ).

Gambar 3. ikan nila merah nifi.

2.3.4. Ikan nila merah Citralada

Ikan nila merah citralada mempunyai bentuk tubuh yang hamper sama dengan ikan nila merah biasa. Warna tubuh lebih terang dari pada ikan nila merah biasa, dengan garis-garis vertikal pada tubuh lebih jelas, sirip ekor lebih panjang dan garis vertikalnya lebih jelas ( Widiyati, 1996 ).

Tubuhnya ramping dan memanjang. Sisik berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Ciri-cirinya antara lain terdapat gari-garis warna ke arah vertikal pada badan dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur. Ikan nila merah citralada jantan dan betina ciri-cirinya sama dengan ikan nila merah biasa. Nila citralada jantan memiliki sisik besar dan setelah dewasa alat kelaminnya berbentuk tonjolan agak meruncing. Sedangkan nila citralada betina mempunyai lubang genital didekat lubang anus. Bentuk hidung dan rahang nila citralada jantan melebar, sedangkan betinanya agak meruncing ( www.dkp.go.id ).

5 Unggulan

Gambar 4. ikan nila merah citralada.

2.3.5. Ikan nila putih

Ikan nila putih tumbuh relatif cepat. Ikan nila mudah dikembangbiakkan dan dipelihara serta responsive dan efisien terhadap pemberian makanan tambahan. Ikan ini juga adaptif atau mudah menyesuaikan (toleran) diri dengan perubahan keadaan lingkungan dan tahan (resisten) terhadap gangguan hama ataupun serangan penyakit (Djarijah, 2000) ( gambar 5 ).

Gambar 5. Ikan nila putih.

Menurut Cahyono (2000), ikan nila putih memilki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Keunggulan-keunggulan yang dimilki oleh ikan nila putih antara lain :

1. Ikan nila mudah dibudidayakan, baik di air tawar maupun di air payau. Bahkan pada lingkungan yang kualitas airnya jelek dan pH yang asam, ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik.

2. Ikan nila memilki pertumbuhan badan yang relative cepat.

3. Kematangan kelamin ikan nila (dewasa kelamin) tergolong cepat.

4. Daging ikan nila cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus dalam dagingnya.

5. Daging ikan nila tidak lembek dan rasanya enak.

6. Dari segi harga, ikan nila lebih murah daripada ikan gurami sehingga harganya terjangkau oleh semua kalangan.

2.3.6. Ikan nila Gift

Ikan nila gift merupakan varietas baru hasil persilangan antara beberapa varietas ikan nila yang berkembang diberbagai Negara. Nila Gift (genetic Improvement of farmer tilapia) dikembangkan sejak tahun 1987 oleh ICLARM (International Centre for Aquatic Resource Management). Nila Gift memilki warna tubuh hitam agak keputih-putihan. Bagian bawah tutup insang (operkulum) berwarna putih. Sisik berbentuk ctenoid berukuran besar dan tersusun rapi. Sepertiga bagian sisik depan nila Gift menutup sisik bagian belakangnya sehingga membentuk susunan yang sangat lekat dan tidak mudah lepas (Djarijah, 2002) (gambar 6 ).

Nila Gift memilki kepala relative kecil sehingga mata Nampak menonjol besar. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan. Sirip punggung dan sirip perut mempunyai jari-jari lemah dank eras tajam seperti duri. Nila gift dewasa pada umur 5-6 bulan dapat mencapai berat badan 200-300 gram/ekor. Pada umur yang sama, nila gift jantan tumbuh lebih besar dibandingkan nila gift betina. Sifat kelamin sekunder (sex sekunder) nila gift jantan dan betina sangat berbeda. Perbedaan jenis kelamin ini terbentuk setelah benih berumur 28 hari (Djarijah, 2002).

Gambar 6. ikan nila gift.

2.4 Trichodina sp

Menurut Van Duijn (1967), Trichodina sp merupakan spesies yang bentuknya hamper sama dengan Cyclochaeta. Namun ada juga beberapa pakar yang membedakan kedua jenis parasit ini menjadi dua genus yang berbeda dari family Urceolariidae. Tricodina dapat menimbulkan gatal (tricodinasis) terutama terhadap ikan yang sedang diberok. Bagian tubuh ikan yang terserang Trichodina yaitu sirip, insang dan kulit.

Ikan yang terserang Tricodina tampak memiliki bintik-bintik putih terutama di kepala dan punggung, nafsu makan ikan akan hilang, hingga menyebabkan ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir pada tubuh ikan berlebihan sehingga tubuh ikan tampak mengkilat, warna tubuh ikan menjadi kusam, pada bagian luar sering dijumpai pendarahan dan ikan akan tampak menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar kolam atau dinding maupun benda-benda keras lain disekitar kolam .

Bentuk parasit ini bundar seperti topi yang memiliki ukran lebih 100 mikron. Dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop maka trichodina dapat terlihat jelas yaitu berbentuk lingkaran transparan dengan sejumlah silia (cilia) yang menempel disekeliling lingkaran. Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk meletakkan dirinya ke tubuh ikan atau benda-benda lainnya.

Penaggulangan penyakit ini dapat dilakukan dapat dilakukan dengan memperhatikan padat penebaran ikan yang tidak terlalu tinggi, pada pintu inlet dan outlet diberikan saringan air yang berupa happa setrimin dan selalu menjaga kebersihan sarana budidaya. Pada ikan air tawar yang terserang penyakit ini dapat dilakukan pengobatan dengan cara melakukan perendaman ikan dalam larutan Formalin 40 ppm selama 24 jam yang dilakukan dalam kolam. Atau dapat juga dilakukan dengan melakukan perendaman dengan menggunakan Malachite green 0,1 gram/m3 selama 24 jam. Ataupun dapat juga dilakukan perendaman dengan menggunakan larutan garam sebesar 30 ppm selama 10 – 15 menit yang dilakukan didalam kolam penampungan benih.

Sedangkan untuk ikan air laut yang terserang penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan perendaman dengan larutan Formalin 200 ppm selam 30-60 menit. Atau dapat dilakukan perendaman dengan menggunakan larutan Formalin 100 ppm yang dicampur dengan Acriflavin 10 ppm selama 60 menit.

2.5 Costia sp

Diantara protozoa yang menyerang ikan, genus Costia lebih sering menimbulkan masalah bagi petani ikan. Costia yang berbentuk oval dan dapat bergerak cepat, berkat kedua pasang flagel yang tidak sama panjang, sering menyerang indang dan permukaan tubuh ikan bagian luar. Serangan parasit ini sangat mengerikan, sebab sering menyebabkan kematian masal terutama pada stadia benih.

Penyakit Costia disebabkan oleh protozoa Costia necatrix . Costia adalah protozoa yang menyerang insang dan permukaan tubuh bagian luar. Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit ini memiliki ciri-ciri produksi lendir yang berlebihan, nafsu makan ikan berkurang, ikan terlihat sangat lemah, warna tubuh ikan yang terinfeksi menjadi gelap atau keabu-abuan, kulit luar (epitel) rusak dan terjadi pendarahan serta ikan terlihat menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda disekitarnya. Serangan parasit ini dapat menyebabkan kematian missal pada ikan terutama pada stadia benih ikan.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan perendaman dalam larutan asam asetat 1: 500, larutan formalin 1: 400 atau direndam dalam larutan Methilene blue, NaCl, KMnO, dan CuSO dengan dosis yang sama.

III. METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan identifikasi hama dan penyakit ikan dilakukan pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 5 Nopember 2008

Waktu : 08.00 – 12.00 wib

Tempat : SATKER PBIAT Janti-Klaten, Jawa Tengah

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan identifikasi hama dan penyakit ikan yaitu sebagai berikut :

§ Ikan yang terserang penyakit

§ Mikroskop

§ Preparat

§ Spatula

§ Cawan petri

§ Tissue

§ Ember

§ Alat-alat tulis

3.3 Prosedur kerja

Adapun prosedu kerja yang dilakukan dalam kegiatan identifikasi hama dan penyakit ikan yaitu sebagai berikut :

1. Ikan yang masih hidup terlebih dahulu kita matikan

2. Kemudian periksa tubuh ikan secara visual. Biasanya terdapat parasit makro yang dapat dengan mudah dilihat oleh mata biasa dengan menggunakan kaca pembesar.

3. Setiap parasit yang ditemukan dipindahkan ke cawan petri yang berisi air

4. Kemudian periksalah organ tubuh yang berukuran besar (tubuh,sirip,insang), kemudian kerik untuk diambil lendirnya

5. Periksalah organ tubuh yang berukuran kecil dibawah mikroskop

6. Catatlah jenis parasit yang terdapat pada tubuh ikan kemudian lakukan pengobatan terhadap ikan yang masih terserang penyakit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan di SATKER PBIAT Janti – Klaten, Jawa Tengah ditemukan beberapa jenis parasit yang menyerang ikan nila terutama pada stadia benih.

Penyakit yang menyerang adalah jenis parasit Trichodina dan Costia. Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah warna tubuhnya pucat, berenang menyendiri, nafsu makan menurun, produksi lender meningkat dan sebagain organ tubuh rusak.

4.2 Pembahasan

Penyakit pada ikan disebabkan oleh serangan mikroorganisme seperti bakteri, cendawan,virus, dan parasit. Dalam kondisi fisiologis yang prima, keberadaan mikroorganisme tersebut ditubuh dan media hidup ikan kultur tidak menyebabkan penyakit. Dalam kondisi stress, ikan akan dengan mudah dapat diserang oleh mikroorganisme sehingga menimbulkan penyakit.

Parasit Tricodina dapat menimbulkan gatal (tricodinasis) terutama terhadap ikan yang sedang diberok terutama pada stadia benih. Bagian tubuh ikan yang terserang trichodina yaitu sirip, insang dan kulit.

Ikan yang terserang tricodina tampak memiliki bintik-bintik putih terutama di kepala dan punggung, nafsu makan ikan akan hilang, hingga menyebabkan ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir pada tubuh ikan berlebihan sehingga tubuh ikan tampak mengkilat, warna tubuh ikan menjadi kusam, pada bagian luar sering dijumpai pendarahan dan ikan akan tmapak menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar kolam atau dinding maupun benda-benda keras lain disekitar kolam .

Bentuk parasit ini bundar seperti topi yang memiliki ukran lebih 100 mikron. Dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop maka trichodina dapat terlihat jelas yaitu berbentuk lingkaran transparan dengan sejumlah silia (cilia) yang menempel disekeliling lingkaran. Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk meletakkan dirinya ke tubuh ikan atau benda-benda lainnya.

Penaggulangan penyakit ini dapat dilakukan dapat dilakukan dengan memperhatikan padat penebaran ikan yang tidak terlalu tinggi, pada pintu inlet dan outlet diberikan saringan air yang berupa happa setrimin dan selalu menjaga kebersihan sarana budidaya. Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan di SATKER PBIAT Janti –Klaten pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit parasit Trichodina adalah dengan melakukan perendaman pada larutan garam sebanyak 400 gram/m2 selama 10-15 menit kemudian lakukan pergantian air setelah proses perendaman tersebut. Atau dapat dilakukan pengobatan dengan menggunakan larutan Formalin 40 ppm selama 24 jam yang dilakukan dalam kolam. Atau dapat juga dilakukan dengan melakukan perendaman dengan menggunakan Malachite green 0,1 gram/m3 selama 24 jam. Ataupun dapat juga dilakukan perendaman dengan menggunakan larutan garam sebesar 30 ppm selama 10 – 15 menit yang dilakukan didalam kolam penampungan benih. Namun karena penggunaan bahan kimia dilarang, maka pengobatan yang terbaik dilakukan adalah dengan perndaman dalam larutan garam ataupun dengan menggunakan bahan-bahan tradisional saja.

Selain jenis Trichodina ini, juga ditemukan jensi parasit lain yang menyerang pada benih ikan nila yaitu Costia. Diantara protozoa yang menyerang ikan, genus Costia lebih sering menimbulkan masalah bagi petani ikan. Costia yang berbentuk oval dan dapat bergerak cepat, berkat kedua pasang flagel yang tidak sama panjang, sering menyerang indang dan permukaan tubuh ikan bagian luar. Serangan parasit ini sangat mengerikan, sebab sering menyebabkan kematian masal terutama pada stadia benih.

Penyakit Costia disebabkan oleh protozoa Costia necatrix . Costia adalah protozoa yang menyerang insang dan permukaan tubuh bagian luar. Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit ini memiliki ciri-ciri produksi lendir yang berlebihan, nafsu makan ikan berkurang, ikan terlihat sangat lemah, warna tubuh ikan yang terinfeksi menjadi gelap atau keabu-abuan, kulit luar (epitel) rusak dan terjadi pendarahan serta ikan terlihat menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda disekitarnya. Serangan parasit ini dapat menyebabkan kematian missal pada ikan terutama pada stadia benih ikan.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan perendaman dalam larutan asam asetat 1: 500, larutan formalin 1: 400 atau direndam dalam larutan Methilene blue, NaCl, KMnO, dan CuSO dengan dosis yang sama. Sama halnya dengan penanggulangan terhadap Trichodina, pada SATKER PBIAT Janti-Klaten Jawa Tengah untuk jenis parasit Costia pengobatannya dilakukan dengan melakukan perendaman dengan menggunakan garam 400 gram/m2 selama 10-15 menit didalam kolam penampungan benih ikan kemudian lakukan pergantian air setelah proses perendaman.

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapau kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan di SATKER PBIAT Janti-Klaten, Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

1. Penyakit yang menyerang pada ikan nila terutama pada stadia benih yaitu Trichodina dan Costia sp yang mana ciri-ciri dari ikan yang terserang penyakit ini adalah nafsu makan ikan menajadi berkurang, ikan lebih senang berenang menyendiri, produksi lendir berlebihan, warna tubuh pucat (pudar), sebagain organ tubuh ikan telah rusak.

2. Pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia yaitu larutan asam asetat 1: 500, larutan formalin 1: 400 atau direndam dalam larutan Methilene blue, NaCl, KMnO, dan CuSO namun penanggulangan yang paling baik untuk jenis parasit ini adalah dengan melakukan perendaman dengan larutan garam dengan dosis 400 gram/m2 di dalam kolam penampungan benih selama 10 – 15 menit kemudian lakukan pergantian air setelah proses perendaman.

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin diampaikan dari kegiatan praktik kerja lapangan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk alat-alat yang digunakan dalam praktikum hendaknya dilengkapi, karena keterbatasan alat yang dimiliki maka kegiatan praktikum tidak berjalan dengan baik

2. Pada pintu inlet dan oulet sebaiknya diberikan saringan air untuk mencegah masuknya kotoran –kotoran yang dapat menyebabkan timbulnya parasit dalam suatu wadah budidaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar