Selasa, 21 April 2009

salinitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimia dan fisika. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pengelolaan air secara kimia, khususnya salinitas (kandungan garam) suatu perairan.

Salah satu parameter kimia lainnya ialah salinitas. Dalam Oceanografi salinitas diartikan sebagai ukuran yang menggambarkan tingkat keasinan (kandungan Na Cl ) dari suatu perairan . Satuan salinitas umumnya dalam bentuk promil (0/00) atau satu bagian perseribu bagian, misalnya 35 gram dalam 1 liter air (1000 ml) maka kandungan salinitasnya 35‰ atau dalam istilah lainnya disebut psu (practical salinity unit). Air tawar memiliki salinitas 0 ‰, sedangkan air payau memiliki salinitas antara 1‰ - 30‰, sedangkan air laut/asin memiliki salinitas diatas 30‰. (Surat Faathir ayat 12)

Dengan dasar pengetahuan di atas maka dalam usaha budidaya ikan salinitas air yang digunakan dalam budidaya ikan harus disesuaikan dengan kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh ikan. Dalam laporan kali ini ikan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan air tawar yaitu ikan mas (Cyprinus carpio). Dengan melakukan praktikum ini dapat diketahui kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh ikan mas.

B. Tujuan

Ø Mahasiswa dapat mengetahui kisaran salinitas yang sesuai bagi kehidupan ikan mas.

Ø Mahasiswa dapat mengetahui kisaran salinitas yang dapat ditoleransi oleh ikan mas.

BAB II

TINJAUAN PUSAKA

A. Pengaruh Salinitas pada Ikan Air Tawar (ikan mas)

  1. Ikan mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas termasuk ke dalam golongan family Cyprinidae. Ikan mas memiliki tempat hidup (habitat) diperairan tawar yang tidak terlalu dalam dan airannya tidak terlalu deras, misalnya dipinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik pada ketinggian 150-600 m diatas permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25-30OC. meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang juga ditemukan perairan payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.

2. Salinitas

Salinitas menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007), salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam air. Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion – ion tertentu seperti klorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium dan magnesium. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline). Pada Tabel 1. menyajikan klasifikasi air berdasarkan salinitas

Tabel. 1 Menyajikan Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas

Sebutan/istilah

Salinitas (ppt)

Air tawar

Fresh water

Oligohaline

Air payau

Mesohaline

Polyhaline

Air asin

Marine

< 0,5

0,5 – 3,0

3,0 – 16,0

16,0 – 30,0

30 – 40

Sumber : Mc Lusky, 1971 dalam Kordi, 1996 dalam Ghufran dkk 2007

3. Osmoregulasi

Organisme akuatik mempunyai tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal. Pengaturan osmeotik cairan pada tubuh ikan disebut osmoregulasi.

Osmoregulasi pada organisme akuatik dapat terjadi dalam dua cara yang berbeda (Gilles dan Jeuniaux, 1979 dalam Affandi et al., 2002) yaitu :

· Usaha untu menjaga konsentrasi osmotik cairan diluar sel (ekstraseluler) agar tetap kosntan terhadap apapun yang terjadi pada konsentrasi osmotik medium eksternalnya.

· Usaha untuk memelihara isoosmotik cairan dalam sel (interseluler) terhadap cairan luar sel.

Setiap organisme mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk menghadapi masalah osmoregulasi sebagai respon atau tanggapan tehadap perubahan osmotik lingkungan eksternalnya. Perubahan kosentrasi ini cenderung mengganggu kondisi internal yang mantap. Untuk menghadapi masalah ini hewan melakukan pengaturan tekanan osmotik dengan cara :

· Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan ingkungannya.

· Mengurangi permeabilitas air dan garam.

· Melakukan pengambilan garam secara selektif.

Pada organisme akuatik seperti ikan, terdapat beberapa organ yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotik atau osmoregulasi agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berjalan dengan normal. Osmoregulasi ikan dilakukan oleh organ-organ ginjal, insang, kulit dan saluran pencernaan.

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ ekresi yang mempunyai peranan di dalam proses penyaringan (filtrasi). Ikan Jumlah glomerulus ginjal ikan betulang sejati (teleostei) air tawar lebih banyak dan diameternya juga lebih besar apabila dibandingkan dengan ikan bertulang sejati (teleostei) air laut. Kondisi ini dikaitkan dengan fungsinya untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh tidak keluar dan mengeluarkan atau memompa air keluar dengan menggunakan urine sebanyak-banyaknya. Urine yang dikeluarkan sangan ancer.

b. Insang

Insang emmpunyai peranan yang sangat penting sebagai organ yang mampu dilewati air maupun mineral, serta tempat dibuangnya sisa metabolisme (Moyle dan Cech, 1999 dalam Affandi, 2001). Permeabilitas insang yang tinggi terhadap ion-ion monovalen Na+ dan Cl- , sehingga pasif brgerak dari media atau lingkungan air laut ke dalam plasma.

c. Kulit

Pada ikan yang bersifat hiperostomik terhadap media atau lingkungan hidupnya, masalah utama yang muncul adalah bagaimana memamsukkan air secara osmose.

d. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan yang berperan dalam osmoregulasi adalah bagian esofagus dan usus. Dinding saluran pencernaan memberikan sedikit resisten terhadap difusi garam-garam dan air ke dalam kamar-kamar cairan ekstraseluler pada kelompok ikan Peromyzonid, utuk mengganti kehilangan air hasil dari gradien difusi medium eksternal.

BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktukum dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 Maret 2009 yang bertempat di Hatchery Departemen Budidaya Perairan VEDCA Cianjur.

B. Alat dan Bahan

Praktikum pengaruh salinitas terhadap ikan mas

Tabel.4 Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat

Bahan

1. 2 buah toples

2. 2 buah selang aerasi

3. Timbangan digital

4. Hand refraktometer

1. 4 ekor ikan mas

2. 16 gram garam

3. 18 liter air tawar

C. Prosedur Kerja

Praktikum pengaruh salinitas terhadap ikan mas

Tahap I

· Persiapkan alat dan bahan

a. 2 buah toples untuk masing-masing perlakuan yakni yang terdiri dari :

- Perlakuan I. Air media dengan salinitas 7 ppt

- Perlakuan II. Air media dengan salinitas 9 ppt

b. Mengkalibrasi hand refraktometer

- Angkat penutup kaca prisma, letakan satu sampai dua tetes air yang akan diukur. Kemudian tutup kembali dengan hati-hati agar jangan sampai terjadi gelembung udara di permukaan kaca prisma

- Lihatlah melalui kaca pengintai, dan akan terlihat pada lensa nilai atau salinitas dari air yang sedang diukur

- Bersihkan permukaan prisma setelah selesai digunakan

c. Menimbang garam sesuai dengan kebutuhan

· Membuat air garam sesuai dengan jenis perlakuan yang telah ditentukan dan masukkan ke dalam toples sebanyk 1 liter serta diberi aerasi

· Memasukkan 4 ekor ikan (2 ekor untuk masing-masing perlakuan) ke dalam toples

· Mengamati dan mencatat tingkah laku ikan setiap 10 menit selama 1 jam, termasuk dampak dari proses adaptasi tersebut (feses, jumlah ikan yang mati dan lain-lain)

Tahap II

· Setelah 1 jam (pengamatan tahap 1 berakhir), salinitas diturunkan media menjadi 0 ppt dengan menambahkan air tawar secara gradual setiap 10 menit.

· Mengamati dan mencatat tingkah laku ikan setiap setelah penurunan salinitas, dan setiap 10 menit (setelah salinitas 0 ppt) selama 1 jam, termasuk dampak dari proses adaptasi tersebut (feses, jumlah ikan yang mati dan lain-lain)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Praktikum Pengaruh Salinitas pada Ikan Mas

Tabel. 6 Pengamatan Tingkah Laku Ikan Mas selama perlakuan 1

Toples I (7 ppt)

Toples II (9 ppt)

10 menit 1

· Ikan sehat

· Berenang aktif

· Gerakan normal

· Mendekati sumber aerasi

· 1 ekor ikan loncat

10 menit 1

· Ikan sehat

· Berenang aktif

· Gerakan normal

· Mendekati sumber aerasi

10 menit II

· 1 ekor ikan lompat

· Menjauhi sumber air

· Pergerakan sudah tidak aktif lagi atau pasif

· Mengeluarkan feses

10 menit II

· Berenang masih mendekati aerasi

· Pergerakannya lambat

10 menit III

· Pergerakan lambat

· Menjauhi aerasi

· Cenderung berada di pinggir dinding wadah

· Mata memerah (1 ekor)

10 menit III

· Pergerakan pasif

· Mendekati aerasi

· Berada ditengah wadah

10 menit IV

· Ikan cebderung dipinggir wadah

· Sirip punggung berdiri

· Banyak mengeluarkan feses

· Pergerakan tapis insang bergerak cepat

10 menit IV

· Cenderung mendekati aerasi

· Banyak mengeluarkan feses

· Pergerakan tapis insang lambat

10 menit V

· Gerakan tidak seimbang

· Menjauhi aerasi

10 menit V

· Cenderung dipinggir wadah

· Bukaan mulut cepat

· Mendekati aerasi

10 menit VI

· Menjauhi aerasi

· Tidak bergerak (diam)

10 menit VI

· Mendekati aerasi

· Tidak bergerak (diam)

Tabel. 7 Pengamatan Tingkah Laku Ikan Mas selama Perlakuan II

Pengenceran 7 ppt

Pengenceran 9 ppt

10 menit I

· 1 ekor ikan mendekati permukaan air

· Pergerakan agresif

· 1 ekor pergerakan naik turun

· Ikan berwarna pucat

10 menit I

· 1 ekor mendekati permukaan air

· Sirip punggung berdiri

· Pergerakan naik turun

· Banyak mengeluarkan feses, feses juga dimakan

10 menit II

· Gerakan mulut cepat

· Pada bagian bawah mulut ada gelembung – gelembung

· Ikan berada didasar wadah

10 menit II

· Ikan berada mendekati aerasi dan naik turun

· 1 ekor loncat

10 menit III

· Ikan kepermukaan air

· Pada bagian tapis insang bergelembung

10 menit III

· Ikan berenang dipinggir wadah

· Mendekati aerasi

· Warna pudar

10 menit IV

· Pergerakan normal kembali

10 menit IV

· Pergerakan normal kembali

10 menit V

· Ikan berenang aktif

· Feses semakim banyak

10 menit V

· Berenang aktif

· Feses semakin banyak

· Ikan berada didasar wadah

10 menit VI

· Berenang aktif

· Gerakan normal

10 menit VI

· Berenang aktif

· Gerakan normal

B. Pembahasan

1. Pengaruh Salinitas pada Ikan Mas

Nilai salinitas dalam suatu perairan terutama pada perairan tawar (nilai salinitas 0-5 ppt), harus memiliki batas optimum untuk pemeliharaan ikan. Menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007), salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air. Parameter kimia tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu daerah. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline).

Dari hasil praktikum Pengelolaan kualitas air tentang pengaruh salinitas terhadap ikan mas (Cyprinus carpio). Wadah yang digunakan yaitu toples sebanyak 2 buah yang diisi dengan air tawar sebanyak 1 liter, dengan menambahkan garam sebanyak 7 gram dan 9 gram untuk mendapatkan salinitas 7 ppt dan 9 ppt kemudian dimasukan ikan mas sebanyak 2 ekor. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit sekali, tingkah laku dapat dilihat pada Tabel. 6 diatas. Setiap 10 menit sekali ikan mas mengalami perubahan tingkah laku. Pada sampel ikan mas yang digunakan untuk praktikum masih dapat mentoleransi pada kandungan salinitas yang tinggi. Sehingga ikan mas masih bisa hidup pada kadar salinitas 30 – 35 ppt. Hal ini dikarenakan ikan mas termasuk ke dalam golongan ikan yang mempunyai toleransi yang lebar terhadapa salinitas.

Salinitas yang digunakan pada saat praktikum adalah 7 ppt dan 9 ppt. Tingkah laku ikan mas (Gambar. 1) selama pengamatan dari menit pertama masih aktif bergerak sampai tidak bergerak (diam). Tingkah laku ikan mas yang sering berada pada sumber aerasi karena pada salinitas yang tinggi kandungan oksigen terlarut pada perairaran akan rendah.

P1090200

Gambar. 1 Perlakuan Pertama pada Ikan Mas

Kandungan kadar garam dalam suatu media berhubungan erat dengan sistem (mekanisme) osmoregulasi pada organism air tawar. Affandi (2001) berpendapat bahwa organism akuatik mempunnyai tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya. Oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal.

Dalam pengaturan tekanan osmotik pada setiap ikan, termasuk ikan mas melibatkan peran beberapa organ. Hal ini sesuai dengan pendapat Affandi (2001) bahwa organ osmoregulasi pada ikan meliputi ginjal, insang, kulit dan saluran pencernaan. Pada pengamatan tingkah laku ikan mas, cenderung terlihat pasif bergerak. Berdasarkan pendapat Affandi (2001) bahwa insang merupakan organ penting yang mampu dilewati air mapun mineral, pemeabilitas tinsang yang tinggi terhadapp ion-ion dapat menyebabkan insang pasif bergerak. Untuk organ dalam yang berhubungan dengan organ osmoregulasi tidak dapat diketahui secara pasti pengaruhnya terhadap kadar salinitas karena hanya dilakukan pengamtan tingkah laku ikan saja. Pengaruh organ-organ tersebut hanya dapat diketahui berdasarkan literatur yang ada.

Selama perlakuan pertama berlangsung, Penggunaan aerasi pada saat pengamatan, sangat dibutuhkan untuk menyuplai kandungan oksigen pada saat salinitas tinggi. Karena pada salinitas tinggi telah diketahui bahwa kandungan oksigen rendah, maka ikan mas sering berkumpul didaerah aerasi. Bukaan mulut yang cepat, gerakan tapis insang yang cepat pada perlakukan yang menggunakan kadar salinitas 9 ppt dilakukan oleh ikan mas karena untuk mendapatkan oksigen. Pada salinitas yang tinggi, ikan dalam adaptasinya akan kehilangan air melalui difusi keluar badannya. Walaupun demikian, salinitas air sebaiknya tidak mengalami fluktuasi (naik-turun) yang besar. Dalam budidaya ikan, nilai salinitas harus stabil, tidak mengalami perubahan ekstrem (drastis) mencapai angka 5.

Copy of P1090225

Gambar. 2 Perlakuan II pada Ikan Mas

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yaitu

· Bahwa ikan mas meniliki kemampuan bertahan terhadap perubahan salinitas yang tunggi.

· Bahwa ikan mas masih mampu bertahan sampai 9 ppt.

B. Saran

· Prasarana yang digunakan dalam kegiatan praktikum harus tersedia sesuai dengan kebutuhan.

· Sebaiknya alat sebelum digunakan dilakukan kalibrasi.

· Lebih memperhatikan keselamatan kerja pada praktikum terutama pada saat menggunakan kapur.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Unri, Press : Riau

Gufhran dkk. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar