Selasa, 21 April 2009

PENGARUH PUPUK TSP PADA IKAN NILA DAN IKAN MAS

BAB.I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Senyawa kimia yang secara nyata dapat mempengaruhi perkembangan janin yang dapat menimbulkan perubahan bentuk mulai dari kematian embrio sampai menyebabkan kelainan bentuk (malformasi) dan keterlambatan pertumbuhan. Secara kolektif respon-respon ini disebut sebagai efek embriotoksik. Hasil penelitian laboratorium terdapat banyak zat kimia yang dapat ditunjukan sebagai penyebab kelainan bentuk embrio atau teratogenik pada manusia dan hewan seperti pemberian talidomida, tiourasil, klorpropamida, kortison, etinil testosteron, nitrogen mustard, uretan, kolkisin, asam nikotinat, vitamin A, biru tripan, biru evan, aktinomisin D, fenilmerkuri asetat, plumbum dan talium (Loomis, 1978).

Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk peningkatkan produksi hasil pertanian petani telah menggunakan pupuk pestisida sebagai pupuk seperti DDT (dichloro diphenyl trychloroethane), urea, posfat dan kalium dan banyak lagi jenis yang lainnya. Pupuk DDT merupakan kelompok dari chlorinated hydrocarbonat (CHs) yang mempunyai sifat polutan. Selanjunya menurut Cox, (1997) bahwa penggunaan peptisida dapat menyebabkan keracunan bagi organisme.

Pada aliran sungai, danau, pesisir dan laut yang terkontaminasi atau tercemar oleh pupuk DDT dapat menyebabkan penurunan aktifitas seksual pada burung (Henny dan Herron, 1989). Penggunaan pupuk urea, pospat dan kalium oleh patani di sawah kemunghkinan akan mencemari air sungai yang akan mengganggu ekosistem akuatik. Demikian juga limbah plastik yang sangat sulit diatasi dan merupakan polutan yang sukar didekomposisikan serta akan berdampak negatif terhadap ekosistem dan organisme. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian tentang pengaruh toksik berbagai zat kimia terhadap aktifitas reproduksi hewan.

2. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan agar setiap mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh pupuk TSP pada kondisi ikan nila dan ikan mas.

BAB.II

Tinjauan Pustaka

1. Ikan mas (Cyprinus carpio)

Kelas : Osteichthyes

Anak kelas : Actinopterygii

Bangsa : Cypriniformes

Suku : Cyprinidae

Marga : Cyprinus

Jenis : Cyprinus carpio L.

Ikan mas termasuk ke dalam golongan family Cyprinidae. Ikan mas memiliki tempat hidup (habitat) diperairan tawar yang tidak terlalu dalam dan airannya tidak terlalu deras, misalnya dipinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik pada ketinggian 150-600 m diatas permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25-30OC. meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang juga ditemukan perairan payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.

2. Ikan Nila

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : O. niloticus

Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia.

Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Nila merah berbadan panjang dengan perbandingan antara panjang dan tinggi badan dua banding satu. Kemudian jika dipotong di bagian tengah dari tubuhnya memiliki perbandingan antara tinggi dan lebar badan empat banding satu. Jadi nila merah bisa dikatakan berbadan gepeng.

3. Pupuk fosfor

Fosfor (P) dalam pupuk dinyatakan dalam bentuk oksidanya yaitu P2O5. Pupuk TSP mengandung P sebesar 44% P2O5. Untuk mengetahui kadar P (bukan P2O5) maka harus dikalikan dengan suatu bilangan konversi:

Prosentase P = 0.43 X prosentase P2O5

Prosentase P2O5 = 2.29 X prosentase P

Angka 0.43 berasal dari berat molekul P2O5 dibagi berat 2P. Berat atom P=31 dan O=16, sehingga 144:62 = 2.29 atau sebaliknya 62:144 = 0.43. Kadar yang ditunjukkan umumnya P yang larut dalam asam sitrat 2%; jadi bukan P yang larut air.

Enkel superfosfat [ES = Ca(H2PO4)2 + CaSO4]

Sejak zaman Belanda ES sudah populer digunakan sebagai pupuk P. Sering disebut single superphosphate. Pupuk ini dibuat dengan menggunakan bahan baku batuan fosfat (apatit) dan diasamkan dengan asam sulfat untuk mengubah P yang tidak tersedia menjadi tersedia untuk tanaman. Reaksi singkat pembuatan ES:

Ca3(PO4)2 CaF + 7H2SO4 ¾¾> 3Ca(H2PO4) + 7CaSO4 + 2HF

Disamping mengandung dihodrofosfat juga mengandung gipsum. Kadar P2O5 = 18-24%, kapur (CaO) = 24-28% . Bentuk pupuk ini berupa tepung berwarna putih kelabu. Sedikit larut dalam air reaksi, fisiologis netral atau agak masam. Syarat yang harus dipenuhi kadar (F2O3 + Al2O3) kurang dari 3%. Apabila terlalu banyak mengandung kedua oksida tersebut yang bersifat meracun tanaman, kedua oksida juga dapat bereaksi dengan fosfat menjadi tidak tersedia bagi tanaman (terjadi fiksasi P oleh Fe dan Al). Dalam penyimpanan sering mengalami kerusakan fisik tetapi tidak mengalami perubahan khimianya. Dalam pemakaiannya dianjurkan sebagai pupuk dasar yaitu pemupukan sebelum ada tanaman agar pada saat tanaman mulai tumbuh P sudah dapat diserap oleh akar tanaman.

Pupuk ES masih mengandung gips (CaSO4) cukup tinggi dan untuk beberbagai jenis tanah sering menyebabkan struktur tanah menjadi menggumpal seperti padas dan kedap terhadap air. Hal ini yang sering dianggap sifat merugikan dari pupuk ES.

Doubelsuperfosfat (DS)

Berbeda dengan ES, pupuk ini dianggap tidak mengandung gipsum, dalam pembuatannya digunakan asam fosfat yang berfungsi sebagai pengasam dan untuk meningkatkan kadar P. Garis besar reaksi pembuatannya sebagai berikut:

(Ca3PO4)2CaF + 4H3PO4+ 3H20 ¾¾> 3Ca(H2PO4)2 + HF

Kadar P2O5 + 38%. Pupuk ini telah lama digunakan di Indone­sia baik oleh petani maupun di perkebunan besar. Sifatnya berupa tepung kasar berwarna putih kotor. Asam H3PO4 diperoleh dari: Ca3 (PO4)3CaF + 3H2SO4 ¾¾> 2H3PO4 + CaSO4 + HF. Asam fosfat dipisahkan dari larutannya.

Pupuk ini berwarna abu-abu coklat muda; sebagian P larut air; reaksi fisiologis: sedikit asam. Bahaya meracun sulfat relatif kecil dan sulfidanya yang berasal dari reduksi sulfat juga rendah. Bekerjanya lambat dan kemungkinan pelin­dian juga rendah. Bila diberikan pada tanah yang bayak mengandung Fe3+ dan Al3+ bebas akan terjadi sematan P oleh kedua unsur tersebut. Karena lambat bekerjanya pupuk ini diberikan sebagai pupuk dasar.

Tripel superfosfat (TSP)

Rumus kimianya Ca(H2PO4). Sifat umum pupuk Tripel superfosfat (TSP) sama dengan dengan pupuk DS. Kadar P2O5 pupuk ini sekitar 44-46% walaupun secara teoritis dapat mencapai 56 %. Pembuatan pupuk TSP dengan menggunakan sistem wet proses. Dalam proses ini batuan alam (rockphosphate) fluor apatit diasamkam dengan asam fosfat hasil proses sebelumnya (seperti pembuatan pupuk DS). Reaksi dasarnya sebagai berikut:

Ca3(PO4)2CaF + H3PO4 ¾¾> Ca(H2PO4)2 + Ca(OH)2 + HF

BAB.III

METADIOLOGI

1. Waktu Dan Tempat

Kegiatan ini dilakukan di departemen perikanan pppgp pertanian cianjur pada tanggal 31 maret 2009.

2. Alat Dan Bahan

ALAT

BAHAN

Toples

Ikan mas

Timbangan

Ikan nila

Selas ukur

Pupuk tsp

Penggaris

Airasi

3. Langkah Kerja

a. Toples di isi air dan di beri airasi pada salah satu toples yang telah terisi air.

b. Masukan ikan mas sekitar 2-3 ekor kedalam toples.

c. Biarkan beberapa menit sambil menyiapkan pupuk yang akan digunakan dengan cara dihancurkan hingga menjadi bubuk.


d. Masukan ke dalam toples, pupuk yang telah dipersiapkan sebanyak 5 gr pupuk yang telah dilarutkan dengan air setiap selang 30 menit.

e. Amati perilaku ikan terhadap perlakuan tersebut setiap pemberian pupuk.


f. Ulani kegiatan a sampai e pada ikan nila.

g. Bandingkan hasil dari perlakuan yang diberikan pada ikan mas dengan hasil dari ikan nila.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perhitungan Morfometrik Ikan Mas

Sebelum diBerikan Perlakuan

No.

Panjang

Berat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

11 cm

10 cm

10 cm

9,5 cm

9,5 cm

9,2 cm

17,91 gr

15, 83 gr

15,59 gr

14,27 gr

13,04 gr

11, 88 gr

Sesudah diberi Perlakuan

No.

Panjang

Berat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

11,8 cm

10,5 cm

10,5 cm

9,8 cm

9,5 cm

9 cm

13,88 gr

18,11 gr

15,89 gr

16,05 gr

14,33 gr

11,93 gr

Perhitungan Morfometrik Ikan Nila

Sebelum di Beri Perlakuan

No.

Panjang

Berat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

4,5 cm

5 cm

5 cm

5 cm

5,5 cm

5,5 cm

2,17 gr

2,51 gr

1,81 gr

1,84 gr

2,7 gr

2,3 gr

Setelah di Beri Perlakuan

No.

Panjang

Berat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

11,8 cm

10,5 cm

10,5 cm

9,8 cm

9,5 cm

9 cm

13,88 gr

18,11 gr

15,89 gr

16,05 gr

14,33 gr

11,93 gr

Perlakuan pada Ikan Mas

Pemberian TSP dengan Menggunakan Aerasi

Pemberian TSP tanpa earsi

15 menit ke-1

15 menit ke-1

- Ikan masih tampak normal

- Gerakan relatif tenang

- Ikan loncat-loncat (3 kali)

- Masih tampak normal

- Berenang di permukaan

- Gerakan mulai agresif

- Ikan loncat-loncat (3 kali)

- Gerakan mulai tidak normal

15 menit ke-2

15 menit ke-2

- Ikan berenang tidak normal

- Berenang dipermukaan

- Ikan loncat-loncat (2 kali)

- Ikan memakan TSP yang tidak hancur

- Cenderung di dasar

- Gerakan tenang

15 menit k-3

15 menit k-3

- Ikan loncat

- Berenang di permukaan

- Gerakan tidak normal

- Warna tubuh memudar

- Ikan masih cenderung tenang

15 menit ke-4

15 menit ke-4

- Menjauhi aerasi berenang di permukaan

- Masih berenang di dasar wadah

- Terlihat megap-megap

15 menit ke-5

15 menit ke-5

- Berenang di permukaan

- Gerakan cenderung agresif

- Ikan berenang di dasar

- Gerakan masih relatif tenang

15 menit ke-6

15 menit ke-6

- Ikan aktif berenang

- Membenturkan mulutnya pada dinding wadah

- Ikan berenang pasif (tenang)

- Berdiam di dasar wadah

Perlakuan TSP pada ikan Nila

Perlakuan ikan Nila dengan Menggunakan Aerasi

Perlakuan Ikan Nila tanpa Menggunakan Aearasi

15 menit ke-1

- Ikan masih dalam kedaan normal

- 2 ikan kollep

- 1 ekor ikan berenang di sekitar aerasi

15 menit ke-1

- Ikan masih dalam keadaan normal

- berenang di dasar wadah

15 menit ke-2

- 2 ikan kolep dan 1 ekor (normal)

- Semua ikan berenang pada dasar wadah

15 menit ke-2

- Ikan masih dalam keadaan normal

- Berenang di dasar wadah

15 menit ke-3

- 2 ekor ikan masih kolep dan 1 ekor masih dalam keadaan normal

- Ikan mengeluarkan feses

- 1 ekor ikan berenang di permukaan

15 menit ke-3

- Ikan bergerak relatif tenang

- Berenang di dasar wadah

15 menit ke-4

- Ikan berada di atas permukaan

- 1 ekor ikan masih kollep dan 1 ekor ikan berenang normal.

15 menit ke-4

- Ikan berada di dasar wadah

- Gerakan ikan relatif tenang

- Ikan mengeluarkan feses

15 menit ke-5

- Ikan loncat

- Ikan mendekati sember aerasi

- 2 ekor ikan masih kollep

- 1 ekor ikan gerakan melemah

15 menit ke-5

- Ikan berada di dasar

- Gerakan melemah

15 menit ke-6

- Didalam insang terdapat TSP

- Warna insang coklat

- 2 ekor ikan mati

- 1 ekor ikan gerakan melemah

15 menit ke-6

- 1 ekor ikan mati

- 2 ekor ikan gerakan melemah

B. Pembahasan

Pada kegiatan ini sangat jelas perbedaan daya tahan tubuh ikan mas dengan ikan nila. Sehingga dapat dilihat berdasarkan hasil yang telah diperoleh menyatakan ikan mas yang diberi perlakuan dengan menggunakan aearasi serta di berikan pupuk tsp lebih cepat menunjukan dampak, hal ini ditandai dengan perubahan tingkah laku ikan pada 15 menit ke-2 bila dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi aearasi dan diberikan pupuk tsp cenderung berenang tenang di dasar perairan.

Pada 15 menit ke-3 dan ke-4, ikan yang diberikan aerasi mengalami pemudaran warna dan cenderung menjauhi aerasi serta berenang di permukaan, sedangkan ikan yang tidak diberikan aerasi masih terlihat tenang hanya mengalami perubahan pada 15 menit ke-4 yaitu ikan terlihat megap-megap di dasar.

Pada 15 menit ke-5 ikan mulai terlihat sangat agresif di permukaan air dan pada 15 menit ke-6 ikan sudah mengalami strees sehingga cenderung membenturkan kepalanya. Sedangkan pada ikan yang tidak diberikan aearasi masih terlihat tenang dan berenang di dasar, namun pada 15 menit ke-6 ikan hanya diam di dasar perairan hingga kegiatan selesai dilakukan.

Pada perlakuan yang diberikan pada ikan nila mengalami perbedaan yang sangat menonjol mengenai daya tahan tubuh ikan tersebut. Pada 15 menit pertama ikan yang diberikan aearasi sudah menunjukan adanya ikan yang kollep sedangkan pada ikan yang tidak diberikan aearasi hanya terlihat tenang.

Pada 15 menit ke-2 ikan yang diberikan aearasi cenderung berenang mengelilingi aearasi dan terus berenang di dasar perairan, sedangkan ikan yang tidak diberikan aearasi masih sangat tenang. Namun pada 15 menit ke-3 ikan yang diberikan aearasi mengalami perubahan tingkah laku, salah satu ikan yang kollep cenderung berenang di permukaan dan mulai mengeluarkan fesses. Begitu juga pada ikan yang tidak diberikan aearasi juga mulai mengeluakan fesses namun masih tampak tenang. Hal ini masih terlihat pada 15 menit ke-4, namun pada 15 menit ke-5 ikan yang diberikan aearasi mulai terlihat agresif dengan melompat dan berenang mendekati aerasi.sedangkan yang tidak diberikan aearasi berenang didasar dan mulai melemah.

Pada 15 menit ke-6 ikan yang diberikan aearasi mengalami kematian sebanyak 2 ekor dan sisa nya masih kollep. Sedangkan ikan yang tidak diberikan aearasi juga mengalami kematian namun yang dialami lebih sedikit dibandingkan yang diberikan aearasi. Ikan yang mati hanya seekor dan sisanya hanya melemah.

Setelah diamati ikan yang mati memiliki ciri-ciri :

- Warna memudar

- Mata sayup/kurang segar

- Ingsang berwarna hitam/cokat diakibatkan pengaruh TSP

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari kegiatan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa ikan mas yang dierikan perlakuan yang sama, memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dibandingkan ikan nila, dan pupuk memang sangat berguna bagi kebutuhan namun jika digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan bagi lingkungan serta pencemaran.

Pupuk TSP biasanya digunakan untuk menyuburkan tanah atau dasar kolam, namun jika digunakan secara berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan akuatik

2. Saran

Pada setiap kegiatan memiliki beberapa aspek yang wajib di jaga. Terutama keselamatan kerja serta kebersihan peralatan yang digunakan agar mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.


DAFTAR PUSTAKA

“Pengaruh Pencemaran Air terhadap Kehidupan Akuatik”. Ditulis oleh Achmad Lutfi pada 12-03-2009

“penerapan seleksi family generasi IV pada ikan nila (Oreochromis niloticus Blkr.)”. D. Hardiantho, Rojali

“Limbah Kimia dan Pengaruhnya Terhadap Reproduksi Hewan”. Oleh: Jalius. Nrp.P.062030041/PSL. Institut Pertanian Bogor. Program Pascasarjana/S3. E-mail: Jali_yus@yahoo.com

Pencemaran Lingkungan”. Desember 18, 2008 oleh setiyanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar