Minggu, 26 April 2009

KJA

BAB I.
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara maritime yang memiliki wilayah perairan yang luas. Hampir 2/3 wilayah Indonesia adalah perairan yang terdiri atas perairan laut dan tawar. Wilayah perairan tersebut mengandung banyak sekali sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya alam yang sering dieksploitasi adalah ikan. Akan tetapi terkadang para nelayan melakukan eksploitasi yang berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Contohnya adalah overfishing (pangkapan berlebihan) dan mengaplikasikan teknik penangkapan yang merusak lingkungan seperti pengeboman terumbu karang, penggunaan racun sianida, penyetruman dan penggunaan pukat harimau. Di perairan Indonesia, menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), pemanfaatan ikan karang, termasuk di dalamnya kerapu, memang sudah di atas 100 persen. Dari potensi 145 ribu ton per tahun, yang ditangkap 156 ribu ton.
Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, maka dikhawatirkan populasi ikan kerapu di alam akan punah. Salah satu alternative yang dapat dilakukan adalah mengarahkan pemenuhan kebutuhan ikan melalui kegiatan budidaya. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia merupakan aspek yang mendukung untuk kegiatan budidaya ikan. Karena iklim tropis ini maka proses budidaya ikan di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun.
Salah satu jenis ikan ekonomis penting yang telah dapat dibudidayakan adalah ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Permintaan pasar dalam keadaan hidup terhadap spesies ini baik di dalam maupun di luar negeri sangat tinggi. Budidaya kerapu bebek memiliki prospek masa depan yang cukup baik, karena beberapa alasan : (a) Teknologi pembenihan massal telah dikuasai, (b) Harganya tinggi, paling tinggi diantara jenis ikan kerapu yang lain, (c) Teknologi pendederan dan KJA laut telah dikuasai, (d) Tersedianya pakan berupa ikan rucah atau pakan buatan (crumble dan pellet), (e) Banyak pihak yang berminat untuk mengembangkan budidaya laut khususnya kerapu bebek, baik dari pihak swasta ataupun pemerintah.
Namun harus diakui bahwa terdapat beberapa kendala yang harus dikaji dan diperhitungkan agar upaya pengembangan ikan kerapu bebek dapat berjalan lancar. Salah satu contohnya adalah kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek di dalam KJA-laut. Beberapa aspek perlu dipertimbangkan agar proses pembesaran ikan kerapu bebek di KJA dapat berjalan lancar. Beberapa aspek tersebut diantaranya adalah pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis (kelayakan dan daya dukung lahan) serta penataan ruang sangat penting untuk usaha budidaya yang berkelanjutan (sustainable aquaculture). Dalam paper ini dicantumkan hasil penelitian di BBRPBL-Gondol yaitu tentang berbagai aspek teknis maupun non-teknis yang harus dipertimbangkan sebelum melangkah jauh kepada investasi budidaya pembesaran kerapu bebek di KJA-laut.

1.2 Tujuan
o Untuk memenuhi tugas mata kuliah pembesaran ikan
o Untuk mengetahui aspek yang perlu diperhatikan dalam konstruksi keramba jaring apung dan penentuan lokasi penempatan keramba jaring apung tersebut

BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Keramba Jaring Apung
Kesuksesan suatu usaha pembesaran ikan kerapu bebek tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Kualitas benih yang digunakan, Kualitas air media budidaya, pakan, serta serangan hama dan penyakit adalah beberapa faktor yang paling dominan. Lokasi dan wadah pemeliharaan juga merupakan sesuatu yang perlu diperhitungkan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Wadah budidaya yang sering digunakan untuk pembesaran ikan kerapu bebek adalah keramba jaring apung. Menurut Effendi (2002), “keramba jaring apung adalah system budidaya dalam wadah berupa jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di perairan seperti waduk, laguna, selat, dan teluk”. Keramba jaring apung yang digunakan pada penelitian BBRPBL Gondol adalah keramba jaring apung yang terletak di teluk yaitu teluk Pegametan.















Gambar. Keramba Jaring Apung
Komponen Keramba Jaring Apung
Keramba jaring apung terdiri atas beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jangkar, pemberat, dan tambang. Di bawah ini akan dijelaskan lebih detail mengenai masing-masing komponen keramba jaring apung.
a. Rangka
Rangka merupakan komponen keramba jaring apung yang berfungsi untuk sebagai tempat untuk menempelkan atau mengikat kantong jaring. Ada beberapa jenis rangka yang dapat digunakan yaitu, rangka kayu, rangka bambu, rangka besi, rangka paralon, dan rangka yang baru adalah rangka polyethylene. Sebagian besar rangka-rangka tersebut membutuhkan pelampung, kecuali rangka polyethylene. Rangka polyethylene tidak membutuhkan rangka karena polyethylene mempunyai berat jenis yang lebih rendah daripada berat jenis air sehingga rangka polyethylene tersebut dapat mengapung tanpa menggunakan pelampung. Rangka dapat berbentuk segi empat atau lingkaran, akan tetapi bentuk rangka yang paling sering digunakan adalah rangka berbentuk segi empat.









b. Pelampung
Pelampung adalah komponen keramba jaring apung yang berfungsi untuk menahan agar keramba jaring apung dapat terapung di permukaan air. Bahan yang dapat digunakan sebagai pelampung bermacam-macam, dengan catatan bahan tersebut memiliki berat jenis yang lebih rendah daripada air. Bahan yang sering digunakan sebagai pelampung adalah drum plastik, drum besi, Styrofoam, atau gabus yang dibungkus dengan terpal. Menurut Effendi 2002,”di Filipina bahan yang digunakan sebagai pelampung adalah bambu yang diikat menjadi satu.









c. Kantong Jaring
Kantong jarring adalah komponen keramba jarring apung yang berfungsi sebagai pembatas ruang gerak ikan, sehingga ikan tidak meninggalkan tempat pemeliharaan. Kantong jaring terbuat dari bahan polyethylene atau polyprophelene dengan berbagai ukuran mata jaring.

d. Jangkar
Jangkar merupakan komponen keramba jaring apung yang berfungsi untuk menahan agar keramba jaring apung tidak terbawa arus air. Ada beberapa jenis jangkarnyang biasa digunakan, seperti jangkar beton, jangkar besi, dan jangkar yang paling murah dan paling sederhana adalah jangkar karung berisi batu.












e. Pemberat
Pemberat merupakan komponen keramba jaring apung yang berfungsi untuk mengencangkan kantong jaring. Pemberat ini biasanya terbuat dari beton.

f. Tambang
Tambang merupakan komponen keramba jaring apung yang berfungsi untuk menghubungkan antara rangka dengan jangkar sehingga rangka tidak terbawa arus.

2.1 Lokasi Penempatan KJA
Keramba jaring apung terletak di Teluk Pengametan, Desa Sumber Kima, Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Buleleng. Jenis penutup dasar perairan adalah terumbu karang, pasir dan lumpur terutama bagian dalam. Sand dune (bukit pasir) terdapat di bagian luar teluk dan sebagian dalam teluk yang merupakan pelindung sebagian areal teluk dari gelombang besar. Dengan adanya sand dune ini yang telah ditumbuhi beberapa pohon bakau menyebabkan terdapatnya areal teluk yang relative terlindung dari ombak. Pelebaran sand dune terdapat areal-areal yang sangat dangkal pada saat surut terendah tetapi masih tergenang. Pada umumnya dasar perairan memiliki substrat pasir atau berpasir.
Dalam mengembangkan budidaya di keramba jaring apung, BBRPBL-Gondol melakukan pemilihan lokasi yang bebas dari bahan-bahan pencemar, terlindung dari pengaruh angin, arus, gelombang besar dan sirkulasi air akibat pasang surut tidak begitu kuat, kedalaman perairan berkisar antara 5-15 m, terhindar dari penempelan organisme air, fluktuasi salinitas tidak terlalu besar, arus air yang optimum yaitu antara 20-50 cm/s dan penempatan jaring tegak lurus dengan arah arus.
Persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No.473/Kpts./Um/7/ 1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindar dari kemungkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:

Tabel. Syarat-Syarat Lokasi Budidaya
NO. FAKTOR PERSYARATAN LOKASI PEMBESARAN KERAPU
1 Pengaruh angin dan gelombang yang kuat Kecil
2 Kedalaman air dari dasar kurung 5-7 m pada surut terendah
3 Pergerakan air/arus 20-40 Cm/detik
4 Kadar garam 27-32 0/00
5 Suhu Air 28 ° C-30 ° C
6 Polusi bebas
7 Pelayaran tidak menghambat alur pelayaran


BAB III.
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
o KJA terdiri dari beberapa komponen seperti, rangka, kantong jaring, pelampung jangkar, pemberat, dan tambang.
o Komponen KJA yang berkualitas baik akan menghasilkan konstruksi KJA yang baik pula
o Pemilihan lokasi yang tepat dapat menghasilkan hasil produksi optimal.
o Selain faktor teknis, faktor tata letak juga perlu diperhatikan agar kelangsungan usaha pembesaran ikan di KJA dapat berjalan lancer.

3.2 Saran
o Sebaiknya digunakan komponen-komponen yang berkualitas baik agar KJA dapat bertahan lebih lama.
o Sebaiknya dalam pemilihan lokasi tempat pembangunan KJA diperhatikan aspek teknis dan aspek tata ruang suatu lokasi agar usaha pembesaran ikan di KJA dapat berjalan lancer.

DAFTAR PUSTAKA


Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sutarman, T dan Hanafi, A. 2008. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek Dalam Keramba Jaring Apung di Teluk Pegametan Gerokgak, Bali. BBRPBP Gondol : Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar